9Karakter Guru Efektif. Oleh Muhammad Roqib. Buku ini sangat cocok dijadikan pegangan oleh guru di abad modern ini. Judul bukunya adalah “9 Karakter Guru Efektif, Panduan Praktis untuk Pengembangan Guru” yang ditulis oleh Jacquie Turnbull. Ia seorang ahli di bidang pendidikan di Inggris, punya pengalaman kaya dan luas dalam bidang pendidikan.
Guru abad 21 alias jaman now harus memiliki kemampuan khusus dan berbeda dengan guru jaman old. Di era globalisasi ini guru wajib beradaptasi dengan perubahan digital di semua sendi kehidupan. Siswa jaman now adalah siswa yang aktif, fleksibel, kreatif dan pokonya sangat berbeda dengan jaman dulu. Perubahan karakter masyarakat secara fundamental sebagaimana terjadi dalam abad 21 tentu berimplikasi terhadap karakteristik guru. Dalam pandangan progresif, perubahan karakteristik masyarakat perlu diikuti oleh transformasi kultur guru dalam proses pembelajaran. Jadi jika sekarang masyarakat telah berubah ke masyarakat digital, maka guru juga segera perlu mentransformasikan diri, baik secara teknik maupun sosio-kultural. Oleh karena itu perlu mengidentifikasi, karakteristik guru seperti apa yang mampu mentransformasikan diri pada era digital pada abad 21 sekarang ini. Terdapat ungkapan bahwa, buku bisa digantikan dengan teknologi, tetapi peran guru tidak bisa digantikan, bahkan harus diperkuat. Pada era sekarang, abad 21, guru harus mampu memanfaatkan teknologi digital untuk mendesain pembelajaran yang kreatif. Kemampuan para guru untuk mendidik pada era pembelajaran digital perlu dipersiapkan dengan memperkuat pedagogi siber pada diri guru. Guru yang lebih banyak berperan sebagai fasilitator harus mampu memanfaatkan teknologi digital yang ada untuk mendesain pembelajaran kreatif yang memampukan siswa aktif dan berpikir kritis Kompas, 9 April 2018, hal. 12. Menurut Ketua Divisi Persatuan Guru Republik Indonesia PGRI Smart Learning Center, Richardus Eko Indrajit mengatakan, guru harus mulai dibiasakan untuk merasakan pembelajaran digital yang terus berkembang. Sebab, penggunaan teknologi dalam pembelajaran berguna untuk memfasilitasi pembelajaran yang berkualitas. Buku bisa digantikan dengan teknologi. Konten pembelajaran sudah tersedia di internet. Namun, tetap ada peran guru yang tidak bisa digantikan. Di sinilah kita harus memperkuat guru sebagai fasilitator yang membantu siswa untuk dapat memanfaatkan sumber belajar yang beragam. Oleh karena itu karakteristik guru dalam abad 21 antara lain Pertama, guru disamping sebagai fasilitator, jugaharus menjadi motivator dan inspirator. Lebih lanjut Eko Indrajit mengatakan, pada era sekarang, siswa sudah banyak mengetahui pembelajaran lewat internet terlebih dahulu, baru sekolah. Jangan sampai guru gagap menghadapi kondisi siswa yang lebih banyak tahu konten pembelajaran yang didapat dari internet. Oleh karena itu kemampuan guru sebagai fasilitator harus diperkuat. Guru dapat mengarahkan pembelajaran lebih banyak pada diskusi, memecahkan masalah, hingga melakukan proyek yang merangsang siswa berpikir kritis Kompas, 9 April, 2018, hal. 12. 10 Karakter Guru Abad 21 Kemampuan guru dalam posisi sebagai fasilitator, ini berarti harus mengubah cara berpikir bahwa guru adalah pusat teacher center menjadi siswa adalah pusat student center sebagaimana dituntut dalam kurikulum 13. Ini berarti guru perlu memposisikan diri sebagai mitra belajar bagi siswa, sehingga guru bukan serba tahu karena sumber belajar dalam era digital sudah banyak dan tersebar, serta mudah diakses oleh siswa melalui jaringan internet yang terkoneksi pada gawai. Ini memang tidak mudah, karena berkait dengan transformasi kultural baik yang masih berkembang dalam guru maupun siswa itu sendiri, dan bahkan salah satu prasyarat paling penting agar guru mampu mentrasformasikan diri dalam era pedagogi siber atau era digital, adalah tingginya minat baca. Selama ini berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa minat baca di kalangan guru di Indonesia masih rendah, dan bahkan kurang memiliki motivasi membeli atau mengoleksi buku. Tingkat kepemilikan buku di kalangan guru di Indonesia masih rendah. Bahkan sering terdengar pemeo bahwa penambahan penghasilan melalui program sertifikasi guru, tidak untuk meningkatkan profesionalisme guru, tetapi hanya untuk gaya hidup konsumtif. Sudah sering terdengar bahwa, tambahan penghasilan gaji guru melalui program sertifikasi bukan untuk membeli buku, tetapi untuk kredit mobil. Karakteristik seperti itu, adalah tidak cocok bagi pengembangan profesionalisme guru pada abad 21. Oleh karena itu, guru harus terus meningkatkan minat baca dengan menambah koleksi buku. Setiap kali terdapat masalah pembelajaran, maka guru perlu menambah pengetahuan melalui bacaan buku, baik cetak maupun digital yang bisa diakses melalui internet. Tanpa minat baca tinggi, maka guru pada era pedagogi siber sekarang ini akan ketinggalan dengan pengetahuan siswanya, sehingga akan menurunkan kredibilitas atau kewibawaan guru. Hilangnya kewibawaan guru akan berdampak serius bukan saja pada menurunya kualitas pembelajaran, tetapi juga bagi kemajuan sebuah bangsa. Ketiga, guru pada abad 21 harus memiliki kemampuan untuk menulis. Mempunyai minat baca tinggi saja belum cukup bagi guru, tetapi harus memiliki keterampilan untuk menulis. Guru juga dituntut untuk bisa menuangkan gagasan- gagasan inovatifnya dalam bentuk buku atau karya ilmiah. Tanpa kemampuan menulis guru akan kesulitan dalam upaya meningkatkan kredibilitasnya di hadapan murid. Guru yang memiliki kompetensi dalam menulis gagasan, atau menulis buku dan karya almiah, maka akan semakin disegani oleh siswanya. Sebaliknya, jika guru tidak pernah menulis, maka akan semakin dilecehkan oleh siswa. Oleh karena itu, jika sudah memiliki kemampuan untuk menulis gagasan, maka ketika terlibat dalam era digital bukan saja sebagai konsumen pengetahuan, tetapi juga produsen pengetahuan. Dengan kata lain, guru dalam era informasi sekarang ini, ketika terlibat dalam internet, bukan sekadar mengunduh, tetapi juga mengunggah karya-karya tulisnya yang bisa memberikan sumbangan pemikiran bagi upaya peningkatan kualitas pembelajaran. Keempat, guru abad 21 harus kreatif dan inovatif dalam mengembangkan metode belajar atau mencari pemecahan masalah-masalah belajar, sehingga meningkatkan kualitas pembelajaran berbasis TIK. Penguasaan terhadap e-learning bagi seorang guru abad 21 adalah sebuah keniscayaan atau keharusan, jika ingin tetap dianggap berwibawa di hadapan murid. Guru yang kehilangan kewibawaan di mata siswa adalah sebuah bencana, bukan saja bagi guru itu sendiri tetapi bagi sebuah bangsa karena kunci kemajuan bangsa adalah guru. Oleh karena itu kompetensi mengajar berbasis TIK adalah mutlak bagi guru pada abad 21. Jadi seorang guru harus mampu menerapkan model pembelajaran misalnya yang menggunakan pola hibrida hybrid learning, karena proses pembelajaran dalam abad 21 tidak hanya secara konvensional dengan tatap muka di kelas, tetapi juga secara online melalui situs pembelajarannya. Jadi pembelajaran hibrida adalah sebuah pola pembelajaran yang mengombinasikan pertemuan tatap muka dengan pembelajaran berbasis online, teknologi hadir dalam proses belajar. Tujuan utamanya untuk keperluan memperluas kesempatan belajar, meningkatkan kualitas proses belajar, menumbuhkan kesempatan yang sama antarpeserta didik, dan berbagai kemungkinan lainnya. Melalui pola pembelajaran hibrida yang memanfaatkan perangkat komputer atau pun smartphone yang terkoneksi pada jaringan internet memberikan peluang seluas-luasnya bagi guru dan siswa untuk melakukan aktivitas belajar sambil melakukan aktivitas lain, termasuk rekreatif secara bersama-sama. Atau inilah yang disebut pembelajaran multitasking. Kehadiran e-learning guru abad 21 juga dituntut untuk kreatif dan inonvatif dalam memanfaatkan media baru new media untuk pembelajaran berbasis web. Oleh karena itu guru perlu mempunyai kompetensi untuk menerapkan mutltimedia. Kalau toh tidak membuat aplikasi sendiri, tetapi setidaknya bisa memanfaatkan dan menerapkan multimedia bagi pembelajaran. Demikian pula dengan gamifiication atau pembelajaran berbasis pada permainan yang sekarang semakin diminati oleh siswa, adalah peluang yang perlu dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Berbagai bidang studi yang selama ini dirasa sulit oleh siswa, seperti matematika, fisika, dan kimia misalnya, terbukti dapat menjadi pembelajaran yang menyenangkan melalui kreasi pembelajaran berbasis permainan. Dengan demikian, guru abad 21 juga perlu memiliki kemampuan perancangan pembelajaran berbasis permainan, sehingga proses belajar menjadi mudah dan menyenangkan, sekalipun itu pada bidang studi yang selama ini dianggap rumit dan membosankan. Kelima, karakteristik guru abad 21 di tengah pesatnya perkembangan era teknologi digital, bagaimanapun harus mampu melakukan transformasi kultural. Karena itu transformasi mengandaikan terjadi proses pergantian dan perubahan dari sesuai yang dianggap lama menjadi sesuatu yang baru. Atau paling tidak mengalami penyesuaian terhadap kehadiran yang baru. Jika dipandang dari perspektif kritis, konsep transformasi seperti itu segera akan mengundang kecurigaan bahwa konsep transformasi mau tidak mau akan berbau positivistik. Ketika asumsi linearistik yang menjadi karakter utama positivistik, pastilah mengandaikan bahwa yang lama akan dipandang sebagai sesuatu yang tertinggal, atau paling tidak sedikit muatan kemajuannya Wahyono, 2011. Selanjutnya Wahyono menjelaskan bahwa ketika transformasi digunakan untuk menjelaskan konsep transformasi budaya, maka mengandaikan terjadinya proses alih ubah nilai, sikap, dan praksis dalam aktivitas kebudayaan. Setidaknya terdapat proses penyesuaian dari nilai, sikap, dan praksis budaya lama menuju budaya baru. Ketika ilmu pengetahuan dan teknologi yang menggunakan konstruksi budaya berbasis pada nilai budaya Barat, maka mau tidak mau nilai budaya lama masyarakat pengadopsinya harus melakukan penyesuaian-penyesuaian. Salah satu nilai yang imperatif dituntut oleh ilmu pengetahuan dan teknologi adalah apresiasi tinggi terhadap logika kausalitas, akurasi, presisi, detail, dan terukur. Di samping itu tentu saja penghargaan terhadap prinsip kejujuran, disiplin, dan kerja keras yang merupakan etos masyarakat Barat dan negara maju lainnya di kawasan Asia. Oleh karena itu tesis yang ditawarkan adalah, jika masyarakat, taruhlah yang masih mengikuti prinsip tradisionalisme, ingin menjadi masyarakat modern berbasis pada ilmu pengetahuan dan teknologi, maka perlu melakukan transformasi kultural. Transformasi di sini mengandaikan terjadinya proses alih ubah nilai, sikap, dan praksis lama menuju yang baru. Transformasi kultural, bila diterapkan dalam kaitannya dengan perkembangan model pembelajaran hibrida, maka konsep transformasi kultural tentu mengandaikan proses alih ubah dari nilai tradisional ke nilai pembelajaran modern. Secara umum sudah berkembang persepsi bahwa model pembelajaran yang lebih lazim digunakan adalah berat pada karakter berorientasi pada guru teacher center daripada berorientasi pada peserta didik student center. Oleh karena pembelajaran online masuk kategori belajar berbasis media baru new media maka mengedepankan egalitarianism, kesetaraan, emansipatif, dan partisipatif dalam proses komunikasinya, maka student-center lebih sesuai dengan prinsip pembelajaran online. Dengan demikian diperlukan adanya transformasi kultural dari model pembelajaran yang berprinsip searah, top-down, dan memposisikan peserta didik sebagai pihak pasif, ke arah model pembelajaran konstruktivistik yang berorientasi pada peserta didik. Pandangan bahwa guru adalah sumber pengetahuan dan rujukan utama pengetahuan, perlu diubah ke arah pandangan bahwa sumber pengetahuan bersifat menyebar. Semua pada prinsipnya dapat menjadi sumber rujukan, tidak terkecuali peserta didik. Atau setidaknya murid adalah pihak yang aktif mengkonstruksi dan memaknai pesan. Begitulah, guru dalam pembelajaran abad 21 dituntut mengenali dan menguasai pembelajaran berbasis TIK. Jenjang kompetensi TIK yang sebaiknya dimiliki oleh seorang pengajar atau guru untuk menerapkan model e-learning meliputi lima tahapan. Upaya dini yang harus dilakukan oleh pegelola sekolah adalah menyiapkan SDM guru yang melek TIK ICT literate. Ciri-ciri utama seorang guru yang melek TIK ialah guru yang menggunakan TIK secara tepat, berdasarkan kebutuhan belajar, kompetensi, karakteristik isi atau mata ajar, ketersediaan sarana. Selanjutnya ia mampu mensinergikan kompetensi ini dalam penyajian di kelas konvensional, yaitu bersama dengan peserta didik menggunakan TIK untuk proses belajar dan mengajar. Adapun guru yang mahir meggunakan TIK dapat menjadi guru TIK, yaitu menularkan perilaku positif dan mengintegrasikannya dalam materi ajar TIK serta menumbuhkan kesadaran dalam berinternet sehat, misalnya ia dapat menjelaskan bagaimana mengakses jejaring sosial sekaligus memanfaatkannya untuk diskusi suatu mata ajar tertentu Salma, 2016 4. Oleh karena itu, setelah guru memiliki karakteristik yang sesuai dengan tuntutan abad 21 yang serba digital, maka seorang guru juga perlu mempunyai kompetensi di bidang perancangan atau desainer pembelajaran. Disainer pembelajaran menjadi sosok yang harus lebih banyak berperan dalam menyelenggarakan e-learning. Desainer pembelajaran adalah ahli yang terbuka dan dinamis, mampu memecahkan masalah di tingkat trouble shooting, di depan monitor, atau hingga menjadi problem solver dalam tatanan menciptakan proses belajar maya yang “hidup”, interaktif, dan manusiawi Salma, 2016 5. Sumber Modul PPG Daljab
Nah beberapa waktu lalu saat blogwalking ke sebuah situs tentang pendidikan, https://anethicalisland.wordpress.com, saya membaca sebuah tulisan menarik tentang karakteristik guru abad 21 yang dituangkan dalam infografik. Dan berikut ini karakteristik dari guru abad 21 yang saya coba pahami dari isi tulisan dalam infografik tersebut.
Karakteristik Guru Abad 21 - Tidak terasa kita sudah berada di abad 21, perkembangan di dunia pendidikan pun semakin pesat. Utamanya guru di abad 21 perlu melakukan berbagai perubahan untuk mengikuti perkembangan zaman. Karakteristik Guru Abad 21 Bagi anda yang ingin tetap eksis di abad 21 sebagai seorang Guru, maka perlu memiliki beberapa karakter berikut ini. Guru disamping sebagai fasilitator, juga harus menjadi motivator dan inspirator. salah satu prasyarat paling penting agar guru mampu mentrasformasikan diri dalam era pedagogi siber atau era digital, adalah tingginya minat baca. guru pada abad 21 harus memiliki kemampuan untuk menulis. Mempunyai minat baca tinggi saja belum cukup bagi guru, tetapi harus memiliki keterampilan untuk menulis. Guru juga dituntut untuk bisa menuangkan gagasangagasan inovatifnya dalam bentuk buku atau karya ilmiah. guru abad 21 harus kreatif dan inovatif dalam mengembangkan metode belajar atau mencari pemecahan masalah-masalah belajar, sehingga meningkatkan kualitas pembelajaran berbasis TIK. Penguasaan terhadap e-learning bagi seorang guru abad 21 adalah sebuah keniscayaan atau keharusan, jika ingin tetap dianggap berwibawa di hadapan murid. Guru yang kehilangan kewibawaan di mata siswa adalah sebuah bencana, bukan saja bagi guru itu sendiri tetapi bagi sebuah bangsa karena kunci kemajuan bangsa adalah guru. Oleh karena itu kompetensi mengajar berbasis TIK adalah mutlak bagi guru pada abad 21. Jadi seorang guru harus mampu menerapkan model pembelajaran misalnya yang menggunakan pola hibrida hybrid learning, karena proses pembelajaran dalam abad 21 tidak hanya secara konvensional dengan tatap muka di kelas, tetapi juga secara online melalui situs pembelajarannya. Karakteristik guru abad 21 di tengah pesatnya perkembangan era teknologi digital, bagaimanapun harus mampu melakukan transformasi kultural. Karena itu transformasi mengandaikan terjadi proses pergantian dan perubahan dari sesuai yang dianggap lama menjadi sesuatu yang baru. Atau paling tidak mengalami penyesuaian terhadap kehadiran yang baru. Jika dipandang dari perspektif kritis, konsep transformasi seperti itu segera akan mengundang kecurigaan bahwa konsep transformasi mau tidak mau akan berbau positivistik. Ketika asumsi linearistik yang menjadi karakter utama positivistik, pastilah mengandaikan bahwa yang lama akan dipandang sebagai sesuatu yang tertinggal, atau paling tidak sedikit muatan kemajuannya. [ Pengertian Kompetensi Profesional Guru ] Pada pendidikan abad 21, guru diharap bisa mengubah pendekatannya dari pendekatan gaya lama kepada gaya yang lebih adaptif di zaman ini. Apa saja pendekatan tersebut? Life-long learner. Pembelajar seumur hidup. Guru perlu meng-upgrade terus pengetahuannya dengan banyak membaca serta berdiskusi dengan pengajar lain atau bertanya pada para ahli. Tak pernah ada kata puas dengan pengetahuan yang ada, karena zaman terus berubah dan guru wajib up to date agar dapat mendampingi siswa berdasarkan kebutuhan mereka. Kreatif dan inovatif. Siswa yang kreatif lahir dari guru yang kreatif dan inovatif. Guru diharap mampu memanfaatkan variasi sumber belajar untuk menyusun kegiatan di dalam kelas. Mengoptimalkan teknologi. Salah satu ciri dari model pembelajaran abad 21 adalah blended learning, gabungan antara metode tatap muka tradisional dan penggunaan digital dan online media. Pada pembelajaran abad 21, teknologi bukan sesuatu yang sifatnya additional, bahkan wajib. Reflektif. Guru yang reflektif adalah guru yang mampu menggunakan penilaian hasil belajar untuk meningkatkan kualitas mengajarnya. Guru yang reflektif mengetahui kapan strategi mengajarnya kurang optimal untuk membantu siswa mencapai keberhasilan belajar. Ada berapa guru yang tak pernah peka bahkan setelah mengajar bertahun-tahun bahwa pendekatannya tak cocok dengan gaya belajar siswa. Guru yang reflektif mampu mengoreksi pendekatannya agar cocok dengan kebutuhan siswa, bukan malah terus menyalahkan kemampuan siswa dalam menyerap pembelajaran 🙂 Kolaboratif. Ini adalah salah satu keunikan pembelajaran abad 21. Guru dapat berkolaborasi dengan siswa dalam pembelajaran. Selalu ada mutual respect dan kehangatan sehingga pembelajaran akan lebih menyenangkan. Selain itu guru juga membangun kolaborasi dengan orang tua melalui komunikasi aktif dalam memantau perkembangan anak. Menerapkan student centered. Ini adalah salah satu kunci dalam pembelajaran kelas kekinian. Dalam hal ini, siswa memiliki peran aktif dalam pembelajaran sehingga guru hanya bertindak sebagai fasilitator. Karenanya, dalam kelas abad 21 metode ceramah tak lagi populer untuk diterapkan karena lebih banyak mengandalkan komunikasi satu arah antara guru dan siswa. Menerapkan pendekatan diferensiasi. Dalam menerapkan pendekatan ini, guru akan mendesain kelas berdasarkan gaya belajar siswa. pengelompokkan siswa di dalam kelas juga berdasarkan minat serta kemampuannya. Dalam melakukan penilaian guru menerapkan formative assessment dengan menilai siswa secara berkala berdasarkan performanya tak hanya tes tulis. Tak hanya itu, guru bersama siswa berusaha untuk mengatur kelas agar menjadi lingkungan yang aman dan suportif untuk pembelajaran. Demikianlah beberapa Karakteristik Guru Abad 21 yang harus dimiliki oleh seorang Guru di abad 21. Semoga bermanfaat.
Guruharus mampu mengikuti teknologi dan menyesuaikan dengan karakter peserta didik yang berbeda dengan dulu. Berikut ini karakter yang harus dimiliki guru sebagai pendidik di era abad 21 atau era revolusi industri 4.0: Memiliki Kemauan Belajar yang Tinggi; Perubahan dalam dunia ini berjalan begitu cepat. Lanjut ke konten Oleh Ragwan Alaydrus, source Semua pasti setuju jika guru memegang peran kunci pada keberhasilan siswa dalam pembelajaran. Bahkan secanggih apapun instructional materials yang ada tak akan bisa mengalahkan peran seorang guru. Itu sebabnya, di Finlandia kualitas dan kuantitas guru sangat diperhatikan. Misalnya saja, guru-guru direkrut dari para lulusan terbaik program master, selain itu sekolah menempatkan tiga guru untuk mengajar satu kelas dalam satu waktu. Begitu pula, pada pendidikan abad 21, guru diharap bisa mengubah pendekatannya dari pendekatan gaya lama kepada gaya yang lebih adaptif di zaman ini. Apa saja pendekatan tersebut? Life-long learner. Pembelajar seumur hidup. Guru perlu meng-upgrade terus pengetahuannya dengan banyak membaca serta berdiskusi dengan pengajar lain atau bertanya pada para ahli. Tak pernah ada kata puas dengan pengetahuan yang ada, karena zaman terus berubah dan guru wajib up to date agar dapat mendampingi siswa berdasarkan kebutuhan mereka. Kreatif dan inovatif. Siswa yang kreatif lahir dari guru yang kreatif dan inovatif. Guru diharap mampu memanfaatkan variasi sumber belajar untuk menyusun kegiatan di dalam kelas. Mengoptimalkan teknologi. Salah satu ciri dari model pembelajaran abad 21 adalah blended learning, gabungan antara metode tatap muka tradisional dan penggunaan digital dan online media. Pada pembelajaran abad 21, teknologi bukan sesuatu yang sifatnya additional, bahkan wajib. Reflektif. Guru yang reflektif adalah guru yang mampu menggunakan penilaian hasil belajar untuk meningkatkan kualitas mengajarnya. Guru yang reflektif mengetahui kapan strategi mengajarnya kurang optimal untuk membantu siswa mencapai keberhasilan belajar. Ada berapa guru yang tak pernah peka bahkan setelah mengajar bertahun-tahun bahwa pendekatannya tak cocok dengan gaya belajar siswa. Guru yang reflektif mampu mengoreksi pendekatannya agar cocok dengan kebutuhan siswa, bukan malah terus menyalahkan kemampuan siswa dalam menyerap pembelajaran 🙂 Kolaboratif. Ini adalah salah satu keunikan pembelajaran abad 21. Guru dapat berkolaborasi dengan siswa dalam pembelajaran. Selalu ada mutual respect dan kehangatan sehingga pembelajaran akan lebih menyenangkan. Selain itu guru juga membangun kolaborasi dengan orang tua melalui komunikasi aktif dalam memantau perkembangan anak. Menerapkan student centered. Ini adalah salah satu kunci dalam pembelajaran kelas kekinian. Dalam hal ini, siswa memiliki peran aktif dalam pembelajaran sehingga guru hanya bertindak sebagai fasilitator. Karenanya, dalam kelas abad 21 metode ceramah tak lagi populer untuk diterapkan karena lebih banyak mengandalkan komunikasi satu arah antara guru dan siswa. Menerapkan pendekatan diferensiasi. Dalam menerapkan pendekatan ini, guru akan mendesain kelas berdasarkan gaya belajar siswa. pengelompokkan siswa di dalam kelas juga berdasarkan minat serta kemampuannya. Dalam melakukan penilaian guru menerapkan formative assessment dengan menilai siswa secara berkala berdasarkan performanya tak hanya tes tulis. Tak hanya itu, guru bersama siswa berusaha untuk mengatur kelas agar menjadi lingkungan yang aman dan suportif untuk pembelajaran. Karakteristikguru abad 21 di tengah pesatnya perkembangan era teknologi digital, bagaimanapun harus mampu melakukan transformasi kultural. Karena itu transformasi mengandaikan terjadi proses pergantian dan perubahan dari sesuai yang dianggap lama menjadi sesuatu yang baru. Atau paling tidak mengalami penyesuaian terhadap kehadiran yang baru. Lagi Rame! Pentingnya Izin Perpanjangan Izin Pemakaman Aturan dan Mahalnya Biaya Pemakaman di Jerman Denver Nuggets Juara NBA 2023! Study Tour, Bagian Kurikulum? Study Tour, antara Manfaat dan Kendala Wisata yang Cocok untuk Study Tour Pendidikan 10 Agustus 2021 1046 Diperbarui 10 Agustus 2021 1047 1314 Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Pendidikan. Sumber ilustrasi PEXELS/McElspeth Abad 21 ditandai dengan datangnya era media digital age yang sangat berpengaruh pada perubahan karakteristik peserta didik dan pengelolaan 21 sangat membutuhkan profil guru yang efektif, profesional dan memesona yang dibutuhkan untuk menghadapi tantangan abad 21. Pembelajaran abad 21 harus mengintegrasikan teknologi informasi dan komunikasi dan pengelolaan pembelajaran yang berpusat pada anak. Guru sebagai fasilitator, motivator, mediator, dan pemimpin dalam proses artinya kewenangan dan kecakapan/ kemampuan seorang guru dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan sesuai dengan jabatan yang diembannya. Adapun kompetensi guru yang harus dimiliki adalah Kompetensi Pedagogik kemampuan guru dalam pemahaman terhadap peserta didik mengelola pembelajaran merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi. Kompetensi inti pedagogik meliputi a Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran, b menguasai karakteristik peserta didik yang meliputi aspek yaitu, fisik, moral, sosial, emosional, ,kultural dan intelektual, c mengembangkan kurikulum , memanfaatkan teknologi informasi, d menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik, e memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik, f berkomunikasi secara efektif dan empati serta santu terhadap peserta didik, g melaksanakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar, h menggunakan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran, i melaksanakan tindakan kepribadian pribadi yang mencerminkan kepribadian yang mantap, dewasa, stabil, arif , berwibawa selalu memesona di hadapan peserta didik, humoris namun tegas, dan berakhlak mulia. Kompetensi kepribadian meliputi a bertindak sesuai norma agama, hukum, sosial dan budaya, b menampilkan pribadi yang jujur, teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia, c menunjukkan sebagai pribadi yang arif, stabil, mantap, berwibawa dan memesona, d menjunjung tinggi kode etik sosial kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk bergaul dan berkomunikasi efektif dengan peserta didik, orang tua peserta didik, tenaga kependidikan , sesama pendidik, dan masyarakat sekitar. Kompetensi ini meliputi a tidak bersikap diskriminatif, bersikap inklusif, dan obyektif, b berkomunikasi secara efektif, santun dan empati dengan peserta didik, orang tua, teman sejawat tenaga pendidikan dan masyarakat, c beradaptasi dengan lingkungan Profesional kemampuan guru dalam penguasaan materi pembelajaran yang luas dan mendalam isi materi pembelajaran, keilmuan materi dalam kurikulum, menambah wawasan keilmuan . Meliputi a penguaasaan materi , struktur, konsep dan pola pikir keilmuan, b penguasaan standar kompetensi dan kompetensi dasar, c mengembangkan materi pembelajaran dengan kreatif, d memanfaatkan teknologi komunikasi dan informasi, e mengembangkan keprofesionalannya dengan berkelanjutan. Kompetensi guru yang sudah dirumuskan oleh pemerintah yang meliputi keempat kompetensi yaitu, kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional perlu dikontekstualisasikan dan dilakukan penyesuaian supaya mampu mempersiapkan dan memprediksi kebutuhan belajar peserta didik dan masyarakat abad membaca artikel pendek ini, diharapkan anda khususnya para guru dapat mengukur sejauh mana anda memenuhi profesi guru yang efektif, kompeten dan BERMANFAAT Lihat Pendidikan Selengkapnya

Olehkarena itu perlu mengidentifikasi, karakteristik guru seperti apa yang mampu mentransformasikan diri pada era digital pada abad 21 sekarang ini. Guru yang lebih banyak berperan sebagai fasilitator harus mampu memanfaatkan teknologi digital yang ada untuk mendesain pembelajaran kreatif yang memampukan siswa aktif dan berpikir kritis.

0% found this document useful 0 votes445 views42 pagesCopyright© © All Rights ReservedAvailable FormatsPDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?0% found this document useful 0 votes445 views42 pagesKarakteristik Guru Abad 21 KEGIATAN BELAJAR 1 Karakteristik Guru dan Siswa Abad 21 Capaian Pembelajaran Setelah mempelajari kegiatan belajar ini, ibu bapak diharapkan dapat menjelaskan pembelajaran abad 21, karakteristik guru abad 21, dan karakteristik siswa abad 21. Pokok-Pokok Materi A. Pembelajaran Abad 21 B. Karakteristik guru abad 21 C. Karakteristik siswa abad 21 Uraian Materi A. Pembelajaran Abad 21 Dalam pandangan paradigma positivistik masyarakat berkembang secara linier seiring dengan perkembangan peradaban manusia itu sendiri yang ditopang oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Secara berturut-turut masyarakat berkembang dari masyarakat primitif, masyarakat agraris, masyarakat industri, dan kemudian pada perkembangan lanjut menjadi masyarakat informasi. Situasi abad 21 sering kali diidentikan dengan masyarakat informasi tersebut, yang ditandai oleh munculnya fenomena masyarakat digital. Meneruskan perkembangan masyarakat industri generasi pertama, sekarang ini, abad 21 dan masa mendatang, muncul apa yang disebut sebagai revolusi industri Istilah industri pertama kali diperkenalkan pada Hannover Fair 2011 yang ditandai revolusi digital. Revolusi industri gelombang keempat, yang juga disebut industri kini telah tiba. Industry adalah tren terbaru teknologi yang sedemikian rupa canggihnya, yang berpengaruh besar terhadap proses produksi pada sektor manufaktur. Teknologi canggih tersebut termasuk kecerdasan buatan artificial intelligent, perdagangan elektronik, data raksasa, teknologi finansial, ekonomi berbagi, hingga penggunaan robot. Bob Gordon dari Universitas Northwestern, seperti dikutip Paul Krugman 2013, mencatat, sebelumnya telah terjadi tiga revolusi industri. Pertama, ditemukannya mesin uap dan kereta api 1750-1830. Kedua, penemuan listrik, alat komunikasi, kimia, dan minyak 1870-1900. Ketiga, penemuan komputer, internet, dan telepon genggam 1960-sampai sekarang. Versi lain menyatakan, revolusi ketiga dimulai pada 1969 melalui kemunculan teknologi informasi dan komunikasi, serta mesin otomasi dikutip dari A. Tony Prasentiantono, Kompas 10 April 2018, hal. 1. Indonesia yang merupakan bagian dari masyarakat global, juga berkembang sebagaimana alur linieristik tersebut, setidaknya dari sudut pandang pemerintah sejak era Orde Baru. Akan tetapi pada kenyataannya kondisi masyarakat Indonesia tidak sama dengan perkembangan pada masyarakat Barat yang pernah mengalami era pencerahan dan masyarakat industri. Perkembangan masyarakat Indonesia faktanya tidak secara linier, tetapi lebih berlangsung secara pararel. Artinya, ada masyarakat yang hingga fase perkembangannya sekarang masih menunjukkan masyarakat primitif, ada yang masih agraris, ada yang sudah menunjukkan karakter sebagai masyarakat industrial, dan bahkan ada yang memang sudah masuk dalam era digital. Semuanya kategori karakter masyarakat tersebut faktanya berkembang tidak secara linier, tetapi berlangsung secara pararel. Oleh karena itu, meskipun era digital sudah begitu marak yang ditandai oleh makin luasnya jangkauan internet; namun demikian ada juga masyarakat yang masih belum terjangkau internet, dan bahkan masih berupa wilayah blank spot. Kondisi seperti itu juga berimplikasi terhadap perkembangan pelayanan pendidikan, sehingga juga berkonsekuensi terhadap karaktiristik guru dan siswanya, meskipun sudah berada dalam abad 21. Sekolah, guru, dan siswa di daerah perkotaan memang sudah terkoneksi jaringan internet, tetapi untuk daerah pedesaan masih ada juga yang belum terambah oleh fasilitas internet, dan bahkan ada pula wilayah yang sama sekali belum terjangkau infrastruktur telekomunikasi. Akan tetapi pada abad 21 sekarang ini masyarakat Indonesia memang sudah menjadi bagian tidak terpisahkan dengan era digital. Karena itu apa pun harus menyesuaikan dengan kehadiran era baru berbasis digital, sehingga bagaimana menjadi bagian dari era digital sekarang ini dengan memanfaatkan teknologi digital dan berjejaring ini secara produktif. Menurut Manuel Castell kemunculan masyarakat informasional itu ditandai dengan lima karateristik dasar Pertama, ada teknologi-teknologi yang bertindak berdasarkan informasi. Kedua, karena informasi adalah bagian dari seluruh kegiatan manusia, teknologi-teknologi itu mempunyai efek yang meresap. Ketiga, semua sistem yang menggunakan teknologi informasi didefinisikan oleh logika jaringan’ yang memungkinkan mereka memengaruhi suatu varietas luas proses-proses dan organisasi-organisasi. Keempat, teknologi-teknologi baru sangat fleksibel, memungkinkan mereka beradaptasi dan berubah secara terus-menerus. Akhirnya, teknologi-teknologi spesifik yang diasosiasikan dengan informasi sedang bergabung menjadi suatu sistem yang sangat terintegrasi dalam Ritzer, 2012 969. Menurut Castell sebenarnya sudah sejak dekade 1980-an muncul apa yang ia sebut sebagai ekonomi informasional global baru yang semakin menguntungkan. “Ia informasional karena produktivitas dan daya saing unit-unit atau agen-agen di dalam ekonomi ini entah itu firma-firma, region-region, atau wilayah-wilayah yang tergantung secara fundamental pada kapsitas mereka untuk menghasilkan, memproses, dan menerapkan secara efisien informasi berbasis pengetahuan Castell, 1996 66. Ia global karena ia mempunyai “kapasitas untuk bekerja sebaga i suatu unit di dalam waktu nyata pada suatu skala planeter” Castell, 1996 92. Hal itu dimungkinkan untuk pertama kalinya oleh kehadiran teknologi informasi dan komunikasi yang baru. Meneruskan konsep ruang mengalir itu, kemudian Scott Lash menganalisis kemunculan masyarakat informasional itu secara lebih mendalam, detail, dan canggih. Sama seperti Castells, Lash setuju dengan kemunculan dunia baru, yaitu masyarakat informasional yang meskipun merupakan kelanjutan dari kapitalisme lama, tetapi memiliki berbagai karakter yang berbeda. Dengan pendekatan kritis, Lash menganalisis kapitalisme informasional dengan berusaha memperluasnya

PERANGURU DALAM PEMBELAJARAN ABAD 21. Oleh:Dede Saroni, M.Pd. Guru merupakan the key actor in the learning. Dalam hal ini guru memiliki peran yang sangat vital dan fundamental dalam membimbing, mengarahkan, dan mendidik peserta didik dalam proses pembelajaran. Guru berperan sangat penting karena sebaik apapun kurikulum dan sistem pendidikan

ABSTRAK Makalah ini bertujuan menguraikan pentingnya merubah paradikma pembelajaran pada abad 21. Pembelajaran di abad 21 harus dapat mempersiapkan generasi manusia Indonesia menyongsong kemajuan teknologi informasi dan komunikasi dalam kehidupan bermasyarakat. Implikasi pada pembelajaran di sekolah-sekolah di Indonesia mengharuskan semua stageholder pendidikan harus menguasai ICT literacy skill. Guru, siswa, bahkan orangtua siswa harus melek teknologi dan media komunikasi, dapat melakukan komunikasi yang efektif, berpikir kritis, dapat memecahkan masalah dan bisa berkolaborasi. Model pembelajaran akan bergeser secara signifikan kearah penerapan teknologi digital. Literacy ICT di sekolah-sekolah di Indonesia harus ditingkatkan secara merata sehingga gap antara sekolah di pedesaan dan perkotaan semakin sempit. Ini semua menghendaki kerja keras dan kerja cerdas semua stageholder pendidikan di Indonesia. Kata kunci Pembelajaran abad 21, Literasi ICT PENDAHULUAN Pada hakikatnya sesuatu aktifitas yang tidak pernah terputus dilakukan manusia selama hidupnya adalah belajar. Setiap orang pasti belajar, apakah belajar secara formal, informal, pengalaman sendiri, maupun dari pengamatan terhadap pengalaman orang lain. Belajar merupakan sesuatu yang hakiki dan merupakan kebutuhan mendasar setiap orang. Banyak teori yang sudah dan sedang berkembang saat ini yang menjelaskan hakikat belajar. Salah seorang diantaranya adalah [1] yang pada intinya menyatakan bahwa belajar merupakan proses perubahan dalam pikiran dan karakter intelektual setiap orang. Proses perubahan dalam pikiran dan perubahan karakter ini merupakan indikator utama seseorang telah melakukan proses belajar. Pertanyaannya adalah bagaimana seseorang itu dapat menikmati belajarnya dan melaksanakan pembelajaran agar orang lain juga dapat belajar?. Sebelum sampai pada jawaban pertanyaan di atas, kita akan membahas beberapa batasan tentang belajar dan pembelajaran. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Prosiding Seminar Nasional SINASTEKMAPAN E-Journal 2018 p-ISSN 2654-9697 Volume I November 2018 e-ISSN 2654-8135 Seminar Nasional SAINS, TEKNOLOGI, HUMANIORA DAN PENDIDIKAN 2018 1276 Universitas Quality SINASTEKMAPAN 2018 PEND - 127 PEMBELAJARAN ABAD 21 DAN PENERAPANNYA DI INDONESIA Edi Syahputra Prodi Pendidikan Matematika Universitas Negeri Medan Email ABSTRAK Makalah ini bertujuan menguraikan pentingnya merubah paradikma pembelajaran pada abad 21. Pembelajaran di abad 21 harus dapat mempersiapkan generasi manusia Indonesia menyongsong kemajuan teknologi informasi dan komunikasi dalam kehidupan bermasyarakat. Implikasi pada pembelajaran di sekolah-sekolah di Indonesia mengharuskan semua stageholder pendidikan harus menguasai ICT literacy skill. Guru, siswa, bahkan orangtua siswa harus melek teknologi dan media komunikasi, dapat melakukan komunikasi yang efektif, berpikir kritis, dapat memecahkan masalah dan bisa berkolaborasi. Model pembelajaran akan bergeser secara signifikan kearah penerapan teknologi digital. Literacy ICT di sekolah-sekolah di Indonesia harus ditingkatkan secara merata sehingga gap antara sekolah di pedesaan dan perkotaan semakin sempit. Ini semua menghendaki kerja keras dan kerja cerdas semua stageholder pendidikan di Indonesia. Kata kunci Pembelajaran abad 21, Literasi ICT PENDAHULUAN Pada hakikatnya sesuatu aktifitas yang tidak pernah terputus dilakukan manusia selama hidupnya adalah belajar. Setiap orang pasti belajar, apakah belajar secara formal, informal, pengalaman sendiri, maupun dari pengamatan terhadap pengalaman orang lain. Belajar merupakan sesuatu yang hakiki dan merupakan kebutuhan mendasar setiap orang. Banyak teori yang sudah dan sedang berkembang saat ini yang menjelaskan hakikat belajar. Salah seorang diantaranya adalah [1] yang pada intinya menyatakan bahwa belajar merupakan proses perubahan dalam pikiran dan karakter intelektual setiap orang. Proses perubahan dalam pikiran dan perubahan karakter ini merupakan indikator utama seseorang telah melakukan proses belajar. Pertanyaannya adalah bagaimana seseorang itu dapat menikmati belajarnya dan melaksanakan pembelajaran agar orang lain juga dapat belajar?. Sebelum sampai pada jawaban pertanyaan di atas, kita akan membahas beberapa batasan tentang belajar dan pembelajaran. Prosiding Seminar Nasional SINASTEKMAPAN E-Journal 2018 p-ISSN 2654-9697 Volume I November 2018 e-ISSN 2654-8135 Seminar Nasional SAINS, TEKNOLOGI, HUMANIORA DAN PENDIDIKAN 2018 1277 Universitas Quality SINASTEKMAPAN 2018 PEND - 127 Pembelajaran merupakan proses memfasilitasi agar individu dapat belajar. Antara belajar dan pembelajaran merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan [1]. Sedangkan [2] menyatakan bahwa pembelajaran secara sederhana dapat diartikan sebagai sebuah usaha mempengaruhi emosi, intelektual, dan spiritual seseorang agar mau belajar dengan kehendaknya sendiri. Secara khusus dapat diutarakan bahwa pembelajaran merupakan suatu proses belajar yang dibangun guru untuk meningkatkan moral, intelektual, serta mengembangkan berbagai kemampuan yang dimiliki oleh siswa, baik itu kemampuan berpikir, kemampuan kreativitas, kemampuan mengkonstruksi pengetahuan, kemampuan pemecahan masalah, hingga kemampuan penguasaan materi pembelajaran dengan baik. Kemampuan-kemampuan yang dikemukakan di atas merupakan kemampuan yang perlu dikembangkan pada abad 21. Abad 21 dicirikan oleh berkembangnya informasi secara digital. Masyarakat secara masif terkoneksi satu dengan lainnya. Hal inilah yang dikatakan oleh banyak orang dengan revolusi industri, terutama industri informasi. Era digital telah mewarnai kehidupan manusia di abad 21. Pembelajaran di abad 21 harus dapat mempersiapkan generasi manusia Indonesia menyongsong kemajuan teknologi informasi dan komunikasi dalam kehidupan bermasyarakat. Pembelajaran abad 21 sebenarnya adalah implikasi dari perkembangan masyarakat dari masa ke masa. Sebagaimana diketahui bahwa masyarakat berkembang dari masyarakat primitif ke masyarakat agraris, selanjutnya ke masyarakat industri, dan sekarang bergeser ke arah masyarakat informatif. Masyarakat informatif ditandai dengan berkembangnya digitalisasi. Dari tahun 1960 sampai sekarang telah berkembang dengan pesat penggunaan komputer, internet dan handpone. Masyarakat telah berubah dari masyarakat offline menjadi masyarakat on line. Sebagai catatan pengguna internet di Indonesia pada tahun 2015 sebanyak 88,1 juta orang telah meningkat menjadi sebanyak 132,5 juta orang. Oleh karena perkembangan digitalisasi yang semakin pesat di masyrakat, mau tidak mau pembelajaran di sekolah di Indonesia harus mengikuti perkembangan tersebut. Implikasi pada pembelajaran di sekolah-sekolah di Indonesia mengharuskan semua stageholder pendidikan harus menguasai ICT literacy Skill. Guru, siswa, bahkan orangtua siswa harus melek teknologi dan media komunikasi, dapat melakukan komunikasi yang efektif, berpikir kritis, dapat memecahkan masalah dan bisa berkolaborasi. Kesenjangan antara Prosiding Seminar Nasional SINASTEKMAPAN E-Journal 2018 p-ISSN 2654-9697 Volume I November 2018 e-ISSN 2654-8135 Seminar Nasional SAINS, TEKNOLOGI, HUMANIORA DAN PENDIDIKAN 2018 1278 Universitas Quality SINASTEKMAPAN 2018 PEND - 127 masyarakat pedesaan dan perkotaan di Indonesia harus dipersempit, agar penguasaan ICT dapat merata di seluruh Indonesia. Hasil penelitian telah menunjukkan manfaat ICT dalam pembelajaran yaitu 1. Memudahkan guru dan siswa mencari sumber belajar alternatif 2. Memperjelas materi pelajaran yang diberikan guru 3. Belajar lebih efisien 4. Wawasan guru dan siswa bertambah 5. Pembelajaran mengikuti perkembangan Gambar 1 menunjukkan suasana kelas pembelajaran yang menggunakan ICT yang terintegrasi dengan praktisi di lapangan. Gambar 1. Situasi pembelajaran yang memanfaatkan ICT di dalam kelas Standar Teknologi Pendidikan Nasional untuk Siswa National Educational Tegnology Standarts for Students/NETS-S mengemukakan Ada 6 keterampilan penting yang harus dimiliki siswa dan diajarkan oleh guru di sekolah. Keterampilan-keterampilan tersebut adalah 1. Kreativitas dan inovasi 2. Komunikasi dan kolaborasi Prosiding Seminar Nasional SINASTEKMAPAN E-Journal 2018 p-ISSN 2654-9697 Volume I November 2018 e-ISSN 2654-8135 Seminar Nasional SAINS, TEKNOLOGI, HUMANIORA DAN PENDIDIKAN 2018 1279 Universitas Quality SINASTEKMAPAN 2018 PEND - 127 3. Penelitian dan kelancaran informasi 4. Berpikir kritis, pemecahan masalah dan pembuatan keputusan 5. Kewarganegaraan digital 6. Operasi teknologi dan konsep PRINSIP PEMBELAJARAN ABAD 21 [3] menyederhanakannya ke dalam 4 prinsip pokok pembelajaran abad ke 21 yang dijelaskan dan dikembangkan seperti berikut ini 1. Instruction should be student-centered Pengembangan pembelajaran seyogyanya menggunakan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Siswa ditempatkan sebagai subyek pembelajaran yang secara aktif mengembangkan minat dan potensi yang dimilikinya. Siswa tidak lagi dituntut untuk mendengarkan dan menghafal materi pelajaran yang diberikan guru, tetapi berupaya mengkonstruksi pengetahuan dan keterampilannya, sesuai dengan kapasitas dan tingkat perkembangan berfikirnya, sambil diajak berkontribusi untuk memecahkan masalah-masalah nyata yang terjadi di masyarakat. 2. Education should be collaborative Siswa harus dibelajarkan untuk bisa berkolaborasi dengan orang lain. Berkolaborasi dengan orang-orang yang berbeda dalam latar budaya dan nilai-nilai yang dianutnya. Dalam menggali informasi dan membangun makna, siswa perlu didorong untuk bisa berkolaborasi dengan teman-teman di kelasnya. Dalam mengerjakan suatu proyek, siswa perlu dibelajarkan bagaimana menghargai kekuatan dan talenta setiap orang serta bagaimana mengambil peran dan menyesuaikan diri secara tepat dengan mereka. Gambar 2 menunjukkan situasi kolaborasi antara siswa-guru dan siswa-siswa di dalam kelas. Prosiding Seminar Nasional SINASTEKMAPAN E-Journal 2018 p-ISSN 2654-9697 Volume I November 2018 e-ISSN 2654-8135 Seminar Nasional SAINS, TEKNOLOGI, HUMANIORA DAN PENDIDIKAN 2018 1280 Universitas Quality SINASTEKMAPAN 2018 PEND - 127 Gambar 2. Situasi kolaborasi antara siswa-guru dan siswa-siswa 3. Learning should have context Pembelajaran tidak akan banyak berarti jika tidak memberi dampak terhadap kehidupan siswa di luar sekolah. Oleh karena itu, materi pelajaran perlu dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa. Guru mengembangkan metode pembelajaran yang memungkinkan siswa terhubung dengan dunia nyata real word. Guru membantu siswa agar dapat menemukan nilai, makna dan keyakinan atas apa yang sedang dipelajarinya serta dapat mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-harinya. Guru melakukan penilaian kinerja siswa yang dikaitkan dengan dunia nyata. 4. Schools should be integrated with society Dalam upaya mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang bertanggung jawab, sekolah seyogyanya dapat memfasilitasi siswa untuk terlibat dalam lingkungan sosialnya. Misalnya, mengadakan kegiatan pengabdian masyarakat, dimana siswa dapat belajar mengambil peran dan melakukan aktivitas tertentu dalam lingkungan sosial. Siswa dapat dilibatkan dalam berbagai pengembangan program yang ada di masyarakat, seperti program kesehatan, pendidikan, lingkungan hidup, dan sebagainya. Selain itu, siswa perlu diajak pula mengunjungi panti-panti asuhan untuk melatih kepekaan empati dan kepedulian sosialnya. Prosiding Seminar Nasional SINASTEKMAPAN E-Journal 2018 p-ISSN 2654-9697 Volume I November 2018 e-ISSN 2654-8135 Seminar Nasional SAINS, TEKNOLOGI, HUMANIORA DAN PENDIDIKAN 2018 1281 Universitas Quality SINASTEKMAPAN 2018 PEND - 127 KARAKTERISTIK GURU ABAD 21 Guru sebagai fasilitator, motivator dan inspirator. Saat ini perkembangan digital sudah demikian maju, guru bukan satu-satunya sumber informasi untuk belajar. Oleh karena itu guru harus bisa menjadi fasilitator dan motivator bagi muridnya untuk mencari dan memanfaatkan sumber belajar melalui kemajuan digital. Hal ini sekaligus sebagai inspirator untuk murid-muridnya agar lebih giat belajar dan menemukan sumber informasi melalui teknologi yang berkembang. 1. Minat baca guru harus tinggi. Dapat dibayangkan kalau minat baca guru rendah, apa jadinya? Pastilah pengetahuan guru akan stagnan dan terlampaui oleh pengetahuan siswanya. Implikasi yang terjadi adalah kewibawaan guru merosot dimata siswanya. 2. Guru harus memiliki kemampuan menulis karya ilmiah. Disamping minat baca guru harus tinggi, guru dituntut juga memiliki kemampuan menulis karya ilmiah. Sebab guru dalam tugasnya akan selalu memberikan macam-acam tugas kepada siswanya. Beberapa penugasan yang diwajibkan guru kepada siswanya antara lain adalah mereviu buku, artikel jurnal, membuat karangan pendek dan lain-lain. Hal ini semua menuntut guru harus mahir menulis. 3. Guru harus kreatif dan inovatif mempraktekkan model-model pembelajaran. Tuntutan pembelajaran abad 21 mengharuskan guru kreatif dan inovatif mempraktekkan model-model pembelajaran yang dapat mengkonstruksi pengetahuan siswanya. Kombinasi antara model pembelajaran dan penggunaan teknologi digital akan menimbulkan kreativitas dan inovasi siswa. 4. Guru mampu bertransformasi secara kultural. Pandangan “teacher centered” pada kultur pembelajaran sebelumnya harus dapat bertransformasi ke arah “student centerd”. Jadikan siswa sebagai subyek belajar yang dapat berkembang dan mengkonstruksi pengetahuannya secara maksimal. Prosiding Seminar Nasional SINASTEKMAPAN E-Journal 2018 p-ISSN 2654-9697 Volume I November 2018 e-ISSN 2654-8135 Seminar Nasional SAINS, TEKNOLOGI, HUMANIORA DAN PENDIDIKAN 2018 1282 Universitas Quality SINASTEKMAPAN 2018 PEND - 127 KARAKTERISTIK SISWA ABAD 21 [4] mengemukakan bahwa pada dasarnya siswa di Indonesia dapat menyesuaikan model pembelajaran apapun yang diterapkan guru di kelas. Sejalan dengan itu [5] mengemukakan pada intinya siswa cukup kreatif sehingga tidaklah sukar untuk menerapkan pembelajaran berbasis ICT di Indonesia. Pada pembelajaran abad 21 siswa harus memiliki karakteristik khusus sebagai berikut 1. Berpikir kritis, memiliki kemauan dan kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi, kreatif, kolaboratif dan inovatif 2. Memiliki kemauan dan kemampuan literasi digital, media baru dan ICT 3. Berinisiatif yang fleksibel dan adaptif. KESIMPULAN Perubahan masyarakat dunia kearah digitalisasi akan memaksa pembelajaran di sekolah-sekolah di Indonesia mengikuti perkembangan teknologi tersebut. Pada abad 21 guru dan siswa dituntut melek teknologi digital. Guru bukan satu-satunya sumber belajar, siswa dapat di arahkan untuk menelusuri sumber belajar lainnya melalui internet dan media pembelajaran lainnya. Model pembelajaran akan bergeser secara signifikan kearah penerapan teknologi digital. Literacy ICT di sekolah-sekolah di Indonesia harus ditingkatkan secara merata sehingga gap antara sekolah di pedesaan dan perkotaan semakin sempit. Ini semua menghendaki kerja keras dan kerja cerdas semua stageholder pendidikan di Indonesia. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Prof. Dr. Nurdin Bukit, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis menjadi keynote speaker dan menyajikan makalah ini pada Seminar Nasional bertajuk Seminar Nasional Sains Teknologi Humaniora dan Pendidikan Qsinastekmapan. Terimakasih juga penulis sampaikan kepada rekan-rekan yang membantu sampai selesainya makalah ini. Prosiding Seminar Nasional SINASTEKMAPAN E-Journal 2018 p-ISSN 2654-9697 Volume I November 2018 e-ISSN 2654-8135 Seminar Nasional SAINS, TEKNOLOGI, HUMANIORA DAN PENDIDIKAN 2018 1283 Universitas Quality SINASTEKMAPAN 2018 PEND - 127 DAFTAR PUSTAKA Astawan, I Gede. 2016. Belajar dan Pembelajaran Abad 21. Harian Bernas Agustus 2016. Nata, Abuddin. 2009. Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran. Kencana Jakarta Nichols.,Jennifer, R., 2017. Four Essential Rules Of 21st Century Learning. Online. Syahputra, E., Surya, E., 2017. The Development of Learning Model Based on Problem Solving to Construct High-Order Thinking Skill on the Learning Mathematics of 11th in SMA/MA. Journal of Education and Practice, 86 pp. 80-85. Lubis, J., Panjaitan, A., Surya,E., Syahputra, E. 2017. Analysis Mathematical Problem Solving Skills of Student of the Grade VIII-2 Junior High School Bilah Hulu Labuhan Batu., International Journal of Research in Education and Learning 42 131-137. ... Tidak jarang pula anak-anak seringkali menghadapi bentuk-bentuk kekerasan baik fisik maupun non fisik. Padahal, anak-anak Indonesia harusnya berada di rumah, belajar dengan baik dan menikmati tugas-tugas bagi tumbuh kembang diri mereka Syahputra, 2018. ...... Secara singkat, pembelajaran abad ke-21 memiliki prinsip pokok bahwa pembelajaran harus berpusat pada siswa, bersifat kolaboratif, kontekstual, dan terintegrasi dengan masyarakat. Peran guru dalam melaksanakan pembelajaran abad ke-21 sangat penting dalam mewujudkan masa depan anak bangsa yang lebih baik Syahputra, 2018. Setiap siswa belajar dengan cara yang berbeda-beda, sehingga guru ditantang untuk menemukan cara membantu semua siswa belajar secara efektif. ...Andi Basliahwanti Murti Abdul Rasyid Fakhrun GaniDevi AlvionitaEducation is a very important learning process for the nation's children, because with an advanced education it symbolizes an immediate progress as well. In connection with this, it is known that there is a philosophical basis for idealism, realism, pragmatism, and others. The idealization of Indonesian education can be seen from various points of view, namely teachers, students and the government. Teachers are real changers in society. Therefore, teachers are involved effectively, both as educators and social activists. Students are one of the main subjects in the education system. While the government is a facilitator for education in this country. The government must be wise in setting a rule, not to mention the issue of education, the government as a leader has the authority to formulate a strong policy to formulate education policy... In order to prepare students for success in the digital era, the Partnership for 21st Century Skills collaborated to create a 21st century learning framework Sugiyarti et al., 2018. These fundamental 21st century talents include effective collaboration and communication Syahputra, 2018, creative and inventive thinking Yudha et al., 2018, critical thinking and problem solving Butterworth et al., 2013, and so on. All of these skills are higher order thinking 1735 competencies Widiawati et al., 2018;Hastuti et al., 2021. ...The purpose of this research is to develop learning media that can improve students' Higher Order Thinking Skills HOTS on the topic "circular motion". Therefore, its design is a research and development R&D study with 4D model Define, Design, Develop, and Disseminate. Experts were involved to validate the products that had been developed, which are teaching props and Student Worksheets SWS, through a validation questionnaire. The collected data were then analyzed descriptively and qualitatively. The results showed that the total average of all aspects of the assessment was which was included in the "very good" category. Based on this result, it can be concluded that the products developed, namely learning media for "circular motion" material, is suitable for use in the learning process to improve students' higher order thinking skills... The results of this study are in accordance with previous studies, namely Permanasari 2016 in his research, which states that STEM in addition to being able to train students' critical abilities can also develop the ability to use technology. This is also in line with the mandate of 21st century learning, namely planning for technological competencies that must be developed in it Syahputra, 2018 . ...Fadillah RahmayaniEdi IstiyonoThe assessment instrument is part of the learning toolkit which includes the process of measuring and collecting data and information to be processed and interpreted in it to consider how decisions on student learning outcomes are achieved in accordance with learning objectives. Instruments are used to measure cognitive, psychomotor, and affective dimensions. So far there has not been much research on the development of an affective instrument, mostly focusing on students' cognitive and psychomotor aspects. Thus, this study aims to develop affective instruments, namely students' attitudes towards STEM Science, Technology, Engineering and Mathematics. This research is research and development using the ADDIE development model. The ADDIE model consists of five steps analysis, design, development, implementation, and evaluation. The initial instrument that was developed was 45 items which contained every STEM aspect which was then tested on test subjects totaling 72 high school students. Based on the results of data analysis, a good and effective attitude assessment instrument has been produced to assess students' attitudes to see students' attitudes towards STEM. Through this development, it is hoped that it can become a foundation that can be used by educators before giving appropriate treatment to students in preparing students who have an attitude towards STEM aspects so that students can face various challenges of the 21st century which are so tight and growing rapidly.... Tak terkecuali juga perkembangan para generasi muda yang merupakan asset terbesar suatu bangsa, termasuk Indonesia Izzah, 2018. Pembelajaran di abad 21 harus mampu mempersiapkan generasi penerus bangsa Indonesia untuk menyambut integrasi TIK ke dalam kehidupan bermasyarakat Syahputra, 2018. Untuk memenuhi kebutuhan di abad 21, sangat diperlukan keterampilan pengetahuan kognitif yang mendalam dalam konteks kehidupan terkait suatu masalah, peristiwa atau kejadian Rahayu, 2022. ...Annisa SalsabilaEffendi NawawiPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui tantangan dalam menghayati Pancasila sebagai entitas dan identitas bangsa indonesia dan bentuk perwujudan Profil Pelajar Pancasila PPP pada pendidikan abad ke 21. Penelitian didasarkan pada proses studi pustaka menggunakan metode qualitative research. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dokumentasi dan literatur. Penelitian ini dilaksanakan di lingkungan SMA Negeri 1 Palembang. Hasil dari penelitian ini menujukkan bahwa perwujudan Profil Pelajar Pancasila pada Pendidikan Abad ke-21 sudah berjalan sebagaimana mestinya di SMA Negeri 1 Palembang. Hal itu terlihat pada keseharian peserta didik di sekolah dengan menjalankan beberapa dimensi Profil Pelajar Pancasila PPP seperti 1 beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, 2 berkebinekaan global, 3 bergotong-royong, 4 mandiri, 5 bernalar kritis, 6 kreatif.... According to his research, the show-and-tell method learning steps that can improve students' speaking skills are as follows Show and Tell is introduced with an explanation of the procedures for implementing Show and Tell; modeling by the teacher by showing the child how to show and tell with personal items, food, and pictures; each child is allowed to Show and Tell within a specific time; and children are allowed to ask questions after doing Show and Tell. Teachers facilitate, encourage, and help children ask relevant questions and answer them relevantly Syahputra, 2018. ...Nidya Chandra Muji UtamiSiti Fatimah AzzahraNuryani NuryaniThis literature study, entitled "Analysis of Speaking Skills with Storytelling Methods in Indonesian Language Learning in Elementary Schools," describes the literature on speaking skills using the storytelling method with the narrative literature review NLR model. The technique employed is the comparison method. The purpose of this study is based on the needs in primary school environments, especially in high school, because knowing the problems and difficulties in applying Indonesian language learning to speaking skills for elementary school students is very much needed. It has been proven that it takes work to maximize students' speaking skills in front of an audience. Researchers identified the subject matter discussed in this study as 40 articles published in national journals within the last ten years. The article Speaking Skills with a Storytelling Approach consists of 20 pieces on speaking skills by various methods, as many as nine pieces for speaking skills in high school, which in general is as much as two articles; additionally, to speak with storytelling skills using a variety of models, as many as four articles; three articles for speaking skills using image media and comics; and the other two articles discuss speaking skills in law school in general. The novelty of the research obtained in the literature review of speaking skills and the theories presented by previous experts The impact of research that uses the study of literature is more significant when other researchers pay attention to the suggestions given by researchers when researching speaking skills.... The implications of 21st-century learning require various education providers to master ICT literacy skills. Teachers, students, and even parents must be literate in 020007-4 technology and communication media and effective communication [40]. The present research study that good communication is not only crucial for a teacher but also students need to have good communication skills [41]. ...Lecturers can optimize technology with synchronous and asynchronous in distance learning so that they can improve students’ 21st-century skills. Optimizing technology grants lecturers and undergraduate students to interact in multiple directions and activate undergraduate students in minds-on and hands-on. This study aims to describe the quality of communication skills by optimizing technology on distance learning. This research method is quasi-experimental with a one-shot case study. The samples in this study were 103 students. The sampling technique is purposive sampling. Data collection techniques using observation techniques were used to observe the optimization of technology in distance learning and questionnaire techniques to collect data self-assessment on undergraduate student 21st-century skills, namely communication skills aspects that are assessed expression, evaluation, response, and negotiation. Data analysis used the descriptive quantitative method. The results showed that in the aspects of expression and negotiation, students were in a good category then, students’ responses and evaluations were in the very good category. The percentage for each aspect is 75% in expression, 77% in evaluation, 76% in response, and 75% in negotiation. However, the aspects of expression and negotiation still need to be improved. Through the results of this study, lectures can emphasize the management of group discussions through learning management systems and the use of reference sources so that students’ communication skills can be further improved... Kemampuan tersebut antara lain kemampuan berpikir, kemampuan kreativitas, kemampuan mengkonstruksi pengetahuan, kemampuan pemecahan masalah, hingga kemampuan penguasaan materi pembelajaran dengan baik. Kemampuan-kemampuan yang dikemukakan di atas merupakan kemampuan yang perlu dikembangkan pada abad 21 Syahputra, 2018. Salah satu kemampuan yang dituntut pada abad 21 yaitu kemampuan berpikir kreatif. ...Sindi Ladya Baharizqi Sindi Sofyan IskandarDede Trie KurniawanPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana optimalisasi penerapan model pembelajaran berbasis permaian dalam pembelajaran abad 21 di sekolah dasar. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu studi pustaka Library Reaseacrh dengan jenis penelitian kualitatif. Implementasi game based learning pada proses pembelajaran yang digunakan siswa dapat menjadi solusi inovatif untuk menyelesaikan berbagai permasalahan pembelajaran. Pembelajaran inovatif di abad 21 memiliki karakteristik yang mengarah pada pembelajaran yang interaktif, holistik, integratif, ilmiah, kontekstual, tematik, efektif, kolaboratif, dan berpusat pada peserta didik, serta pelaksanaannya pembelajarannya diarahkan menggunakan model/metode pembelajaran yang terkait dengan sifat-sifat tersebut. Dapat disimpulkan bahwa Game-Based Learning ini cocok sebagai inovasi dalam pembelajaran. karena hasil studi pendahuluan menunjukkan bahwa Game-Based Learning ini efektif serta efisien dan berdasarkan studi pustaka Game-Based Learning ini memiliki banyak manfaat dan kelebihan yang menjadi keunggulannyaThis paper is a summary study of team Postgraduate on 11 nd grade. The objective of this study is to develop learning model based on problem solving which can construct high-order thinking on the learning mathematics in SMA/MA. The subject of dissemination consist of Students of 11 th grade in SMA/MA in 3 kabupaten/kota in North Sumatera,namely SMA Swasta Yapim Taruna Stabat Kabupaten Langkat, SMK Negeri 6 Medan, SMA YPK Medan, and MAN Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang. Instrument of Collecting data used are questionnaires, observation guidelines, interview guides, students mathematics textbooks for 11 th grade in SMA/MA, Teacher's guide book, instrument of pre-test and post-test. Development of model are adopted from Thiagarajan's model and Semmel & Semmel's model. This research has compiled teaching materials in the form of textbooks for 11 th grade in SMA/MA and teacher's guide book that includes the structured steps of solving mathematical problems based on problem solving which can construct high-order thinking. Results of dissemination showed a significant improvement of students problem solving ability at four schools in three kabupaten/kota in North Sumatera. A. Introduction Observation result showed that Learning Model of Mathematics in SMA this time is not refer to specific learning theory yet. At the Learning process in the class, students was given ordinary problems that can be solved with simple analysis and mechanistic solution. Almost all of the learning process of mathematics in SMA beginning with shares of definition, formula, example, and ends with exercises. Occasionally be found, The proof of mathematical problems are solved by using an figure or a simple sketch. This condition was not able to improve the creativity and critical thinking of students. Moreover in learning at the class, Students are not accustomed to thinking axiomatic deductive, also students are not supported by their mathematics textbooks that are used. Most of the learning process of mathematics in SMA, lead students to memorize, solving mathematical problems ordinarily and a simple analyze inductively by following existing examples. Ironically, Teacher teach students by following monotonous method that are given in mathematics textbooks without considering student's cognitive improvement level. Whereas, learning mathematics require innovation and creativity of teachers and students. Due to it, Sumarmo 2005 state that student's problem solving ability is still low. In the Curriculum 2013, The learning are using scientific method, multi-strategy, multimedia, adequate learning source and technology, and utilizing the environment as a learning resource. Learning Model that used is problem based learning. This model is appropriate to improve student's mathematical problem solving ability. In the learning process, student's activity are started with observation, then asking questions, trying, making network, and analyzing. Therefore now and future, We need learning model that should be able to improve student's mathematical problem solving ability in SMA/MA B. Method This Study is kind of the development research. The stages of learning model follow the procedure of Thiagarajan model and Semmel & Semmel 1974 models. According to Thiagarajan and Semmel & Semmel 1974, Development model that used is refers to four D-Model. Where consist of 4 steps namely define, design, develop, and disseminate. Results of development are described as follows Stage 1 Define The purpose of this stage are set and defining learning activity by conducting analysis purpose and material limitations. In the stage of Define , will be desribed five activity that must be done namely ujung-depan analysis analysis Mathematics curriculum of SMA, Students analysis, concept and material analysis, assigment and formulation of learning purpose. Stage of define are described as follows a. Ujung-Depan Analysis Purpose of this analysis is to analyze the basic problem that encountered in the development of learning model. Several things to note in Ujung-Depan Analysis are curriculum of 2013 and learning theory of Problem Based Learning. b. Students AnalysisBelajar dan Pembelajaran Abad 21. Harian Bernas AgustusAstawanGedeAstawan, I Gede. 2016. Belajar dan Pembelajaran Abad 21. Harian Bernas Agustus Islam tentang Strategi PembelajaranAbuddin NataNata, Abuddin. 2009. Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran. Kencana Jakarta Nichols.,Jennifer, R., 2017. Four Essential Rules Of 21st Century Learning. Online.Analysis Mathematical Problem Solving Skills of Student of the Grade VIII-2 Junior High School Bilah Hulu Labuhan BatuJ LubisA PanjaitanE SuryaE SyahputraLubis, J., Panjaitan, A., Surya,E., Syahputra, E. 2017. Analysis Mathematical Problem Solving Skills of Student of the Grade VIII-2 Junior High School Bilah Hulu Labuhan Batu., International Journal of Research in Education and Learning 42 131-137.
Hasilhasil teknologi abad 21 ditempatkan di bahwa kedaulatan Kristus, yaitu menyikapinya dengan karakter Buah Roh. Wujud respons iman terhadap perkembangan teknologi abad 21 adalah: Hasil-hasil teknologi abad 21 sekadar alat belaka, sehingga harus dikendalikan sepenuhnya oleh setiap insan sebagai manusia yang berkarakter.
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Terlepas dari perdebatan tentang kurikulum 2013 dan kebutuhan belajar yang diperlukan pada abad ke-21, peranan guru tetap diharapkan menjadi ujung tombak dalam pendidikan, terutama di sekolah. Guru abad ke-21 yang efektif memerlukan kemahiran dalam menilai penggunaan teknologi yang edukatif dan non edukatif. Guru hendaknya terus-menerus mengevaluasi kemampuan siswa yang dibutuhkan untuk bersaing dalam ekonomi global. Tapi karakteristik atau keterampilan apa yang dibutuhkan untuk menjadi seorang guru abad ke-21 yang efektif ? Apa kualitas dari seorang guru abad ke-21 yang efektif ? Kita mungkin pernah mendengar bahwa seorang pendidik abad ke-21 yang efektif harus menjadi "panduan di samping”, tidak "bijak di atas panggung” bagi siswanya. Guru abad ke-21 harus menjadi pembelajar seumur hidup dan harus bersedia untuk belajar tidak hanya dari rekan-rekan mereka tetapi dari siswa mereka juga. Berikut ini adalah lima karakteristik guru abad ke-21yang efektif yang banyak ditulis ulang. Saya tuliskan tema-tema pokoknya saja menurut interpretasi dan “bahasa” saya. Inilah lima karakteristik itu. 1 . Mengantisipasi Masa Depan "Guru yang baik abad ke-21 merupakan salah seorang yang sadar akan tren teknologi yang cepat berubah selaras dengan arah ekonomi, proyeksi masa depan yang dibutuhkan bisnis dan industri; sadar akan peluang karir bagi anak-anak di tahun-tahun mendatang dan semua keterampilan pendidikan yang diperlukan dan bakat yang diperlukan untuk memungkinkan anak-anak untuk memposisikan diri untuk bersaing. Guru yang baik abad ke-21 selalu mendorong untuk memastikan bahwa siswa mereka tidak tertinggal di belakang kemajuan. Terakhir, guru baik abad ke-21 bukan guru dalam ruang hampa, mereka progresif dalam mendorong perubahan sistemik melalui kurikulum, anggaran, dan bijaksana , pengawasan strategis pengambilan keputusan untuk memastikan bahwa persiapan anak-anak saat ini selalu terfokus mempersiapkan mereka untuk dunia di mana mereka akan tinggal dan bekerja - bukan dunia saat ini di mana para guru harus menavigasi dan diam ." - Amy Baldridge, secondary curriculum supervisor, Xenia Community Schools 1391669856369313001 Amy Baldridge abad ke-21 harus menjadi pemikir yang encer, siap untuk melihat situasi dengan segar dan kreatif . Dia harus melampaui secara jelas untuk melihat pola yang mendasari dan isu-isu inti dari suatu keadaan tertentu. Dan - yang paling penting - pemahaman tentang teori chaos sangat penting Kupu-kupu mengepakkan sayapnya dan 3000 mil jauhnya cuaca berubah" - Donn K. Harris, executive director, artistic director, Oakland School for the Arts, Oakland, Calif. 13916700021252037911 Donn K. Harris "Pendidik masa kini memiliki tugas berat mempersiapkan siswa untuk masa depan global di abad ke-21. Ketika kita mulai tertinggal di belakang negara-negara lain di bidang matematika, ilmu pengetahuan, rekayasa dan teknologi, kita perlu mendidik diri kita sendiri dan menyampaikan informasi ini kepada siswa kita. Pendidikan STEM Science, Technology, Engineering and Mathematics diperlukan di semua kelas di semua sekolah agar tetap kompetitif dalam masyarakat global sekarang. Tantangan pertama bagi guru adalah untuk menarik siswa menuju pendidikan STEM, dan yang kedua adalah untuk menjaga agar mereka tertarik. Penekanan pada ilmu pengetahuan harus sama-sama pentingnya dengan membaca dan matematika . Kita, sebagai bangsa , sudah jatuh di belakang negara-negara dunia lainnya . Siswa saat ini adalah masa depan kita dan masa depan kita tergantung pada keberhasilan mereka." - Bonnie Bahr, kindergarten teacher, Baltimore County Public Schools, Baltimore, Md. 1391670077881804251 Bonnie Bahr . Pembelajar Seumur Hidup 13916705121233034837 "Saya telah menemukan bahwa tidak hanya untuk guru, tetapi siapa pun yang terlibat dengan menggunakan teknologi untuk meningkatkan produktivitas mereka , apakah itu di bidang manufaktur , penjualan dan pemasaran , ilmu pengetahuan dan penelitian , atau pendidikan , kualitas yang paling penting adalah untuk menjadi fleksibel , hidup - pembelajar seumur , bersedia menerima dan merangkul perubahan , bersedia untuk membuat kesalahan dan salah dengan peringatan bahwa dari kesalahan perbaikan yang dibuat dan keterampilan baru yang dipelajari , dan untuk menjaga fokus pada proses dan hasilnya, daripada alat . Setelah semua, ketika hari berakhir , teknologi hanya alat untuk meningkatkan kualitas hidup kita , ketika mereka gagal melakukan itu , saatnya untuk menciptakan alat-alat baru " - Chuck Dinsfriend, MBA, CTO mentor, director of Information Technology Services, Woodburn School District 1391670195631474831 Chuck Dinsfriend A great ... pendidik akan merangkul tidak hanya teknologi, tetapi bersedia untuk belajar dari rekan-rekan dan mahasiswa ." - David Brandvold 13916703181017721293 David Brandvold percaya bahwa pendidik yang baik abad ke-21 harus mampu mengajukan pertanyaan terbuka kepada siswa tanpa harus mengetahui satu jawaban yang tepat. Pendidik ini mendorong siswa agar mereka menjadi kapten dari pembelajaran mereka sendiri. Belajar menjadi terarah dan bermakna bagi siswa karena mereka bekerja melalui kegiatan dunia nyata." - Jonna Wallis, 6-12 Language Arts academic coach, Professional Development Center, Scottsdale, Ariz. 3 . Memupuk Hubungan Teman Sejawat 1391670551414666910 "Di era berbasis teknologi ini, lebih penting daripada itu bahwa kita membina hubungan dengan dan antar siswa kita. Kita harus menjadi model sopan santun, kita menjadi model berkomunikasi, dan kita harus menjadi model rasa hormat dan kerjasama - siswa kita membutuhkan kita untuk menunjukkan kepada mereka bagaimana memperlakukan satu sama lain . Mereka mungkin memiliki 500 teman di Facebook, tapi apakah mereka tahu bagaimana menjadi teman? Teknologi dapat mendorong isolasi karenanya keterampilan hubungan antarpribadi itu harus diajarkan di kelas kita agar siswa kita bisa melanjutkan untuk menjadi efektif di tempat kerja dan dalam hidup mereka . Membantu siswa belajar pelajaran kehidupan menjadi semakin lebih penting -hubungan interpersonal, membiarkan siswa tahu bahwa guru benar-benar peduli untuk mereka dan akan membantu siswa menjadi lebih sukses dalam hidupnya." - Julia C. Bernath, District 7 board member, Fulton County Board of Education 13916703912136975854 Julia C. Bernath . Mampu Mengajar dan Menilai Semua Tingkat Pelajar 13916706111097086293 "Pendidik abad ke-21 harus menjadi 'Pemimpin Situasional .’ Mereka harus menilai setiap siswa yang mereka ajarkan terhadap 'Kemampuan Belajar ' dan ' Komitmen untuk Belajar. "Mereka harus bekerja untuk membawa semua siswa sampai ke tingkat di mana pedagogi pembelajaran digantikan oleh andragogi atau gaya pembelajaran orang dewasa, dimana siswa memiliki pendapat dalam pembelajaran mereka sendiri." - Gerald Morris, adjunct instructor, Spring Arbor University, Davenport University and Baker College "Untuk menjadi seorang guru abad ke-21 yang efektif, guru harus terlebih dahulu memiliki keterampilan abad ke-21 yang siswa mereka diharapkan memilikinya. Dan, di samping untuk keterampilan, mereka harus dapat membantu semua siswa mereka memperoleh dan mengembangkan keterampilan abad ke-21." - Mamzelle Adolphine 5 . Mampu Membedakan Teknologi Efektif vs Teknologi Non-Efektif 13916706561155852990 "Anak usia sekolah yang jauh juah lebih mengadopsi teknologi informasi dan komunikasi. Sistem pendidikan tidak perlu mengajar mereka bagaimana menggunakan teknologi ini, tetapi harus mengakui bahwa teknologi dapat membantu siswa belajar lebih banyak dan lebih cepat . Teknologi kelas juga dapat membuat lebih efisien penggunaan waktu guru, apakah itu dengan alat-alat untuk persiapan pelajaran, pelajaran presentasi, pelajaran umpan balik, penilaian tingkat pekerjaan rumah, penilaian , atau tingkatan. Guru abad ke-21 yang efektif akan memerlukan kemahiran dalam menilai penggunaan terknologi edukatif dan non-edukatif - teknologi yang tersedia untuk mereka dan siswa mereka di sekolah dan di rumah . Potensi rendah teknologi adalah potensi mereka untuk non-produktif menggunakan waktu -buang waktu dan sumber daya meskipun keuntungannya adalah signifikan jika digunakan dengan benar . " - Doug Hatch, president & CEO, Core Learning Sumber - Kebagusan, Gedong Tataan - Pesawaran, 6 Pebruari 2014 Lihat Pendidikan Selengkapnya
2w57.
  • 809g1yaj8c.pages.dev/373
  • 809g1yaj8c.pages.dev/325
  • 809g1yaj8c.pages.dev/249
  • 809g1yaj8c.pages.dev/394
  • 809g1yaj8c.pages.dev/103
  • 809g1yaj8c.pages.dev/144
  • 809g1yaj8c.pages.dev/326
  • 809g1yaj8c.pages.dev/102
  • 809g1yaj8c.pages.dev/112
  • karakteristik guru abad 21